Meditasi Hening, memang bukan satu-satunya meditasi yang menggunakan metode dekonsentrasi. Meditasi Reiki, Zen, Yoga, juga merupakan meditasi dekonsentrasi. Tetapi tidaklah berlebihan kiranya, jika dikatakan bahwa Meditasi Hening yang diperkenalkan laki-laki asal Wonogiri ini, merupakan meditasi yang paling sederhana tata-caranya. Anda tidak perlu duduk bersila dengan melipat kedua kaki Anda ketika bermeditasi. Anda juga tidak perlu menyilangkan tangan di dada dengan posisi tubuh yang tegak dan punggung lurus. Anda cukup duduk di kursi dengan posisi sesantai mungkin.
Mengapa disebut Meditasi Hening? Karena “terminal terakhir” dari perjalanan meditasi yang diajarkan Pak Harintha, Sang Guru, adalah Alam Hening. Bila Anda bermeditasi bersama Pak Harintha, dalam posisi duduk di kursi atau sofa, pertama kali beliau akan meminta Anda melepaskan segala beban pikiran, dan tidak membiarkan pikiran melanglangbuana. Seluruh pikiran harus dihadirkan di tempat mana sang pelaku meditasi berada. Tetapi tak perlu berkonsentrasi pada satu titik tertentu. Seluruh pendengaran harus tetap dibuka, sambil memelihara sikap waspada.
Bila Anda sudah terlihat bersikap relaks, Sang Guru akan meminta Anda untuk menutup mata perlahan. Otot-otot yang tegang di seluruh bagian tubuh secara berangsur harus dikendorkan. Nafas tidak perlu diatur, biarkan berjalan secara natural. Lalu imajinasikan diri Anda sedang mengalirkan segala beban pikiran atau stres dari kepala menuju dada. Simpan sejenak, lalu alirkan lagi secara perlahan menuju ujung kaki, seolah sedang membuang semua energi negatif melalui telapak kaki.
Sekali lagi, jangan biarkan pikiran Anda melalangbuana. Bila merasa kesulitan mengendalikan pikiran, resapi dan dengarkan saja nafas Anda yang keluar masuk tubuh Anda, sampai pada tahap nafas itu terasa semakin halus dan tidak terdengar lagi desahnya. Lalu rasakan dan dengarkan degup jantung Anda, hingga mencapai tahap Anda tidak lagi mendengar detak jantung.
“Loosss,” kata Sang Guru. “Jangan berpikir tentang masa lalu dan jangan pikirkan apa yang akan terjadi di masa mendatang. Pikiran Anda hanya berada pada detik ini. Sadari detik demi detik. Batin dan pikiran hanya diisi dengan rasa terima kasih, rasa syukur kepada Tuhan yang telah memberikan berbagai kenikmatan, seraya berserah diri secara total kepadaNya. Maturnuwun, Gusti. Sumonggo Kerso. Terima kasih, Tuhan. Apapun yang Kau berikan padaku, kuterima dengan ikhlas seikhlas-ikhlasnya.”
Jika Anda telah berada dalam kondisi penuh rasa terima kasih dan berserah diri secara total kepada Sang Pencipta, serta tidak terdengar lagi alunan nafas dan detak jantung, berarti Anda telah sampai di gelombang alpha. Pak Harintha yang telah sangat terlatih bermeditasi itu bisa mendeteksi, apakah muridnya sudah sampai pada gelombang alpha, atau masih di gelombang beta, atau justru meluncur ke gelombang delta (gelombang tidur). Tetapi para peserta setidaknya bisa menandai sendiri, sudah sampaikah dia ke alpha atau belum?
Bila dalam meditasi itu Anda sudah tidak merasakan lagi kegelisahan, kekhawatiran, sakit hati, iri dan dengki, dan batin hanya dipenuhi dengan rasa terima kasih dan kepasrahan total kepada Tuhan, berarti Anda sudah sampai di gelombang alpha. Bila kondisi ini dapat Anda pelihara secara konstan, hanya dalam beberapa detik lagi Anda bisa sampai di alam hening, atau alam suwung.
Sulit menggambarkan seperti apa itu alam suwung atau alam hening, karena kondisi alamnya tak berbentuk, tak berwarna, tak berupa. Hanya saja bisa ditandai dengan rasa sejuk yang luar biasa mengaliri seluruh tubuh. Rasa sejuk itu sendiri berasal dari dalam tubuh. Dan, pada saat itu, si pelaku meditasi benar-benar berada dalam kondisi “tidak mempunyai keinginan apapun”.
Biasanya hanya beberapa detik saja si pelaku berada di alam suwung. Sang Guru akan meminta peserta untuk menandai kondisi tersebut, dan membuka mata secara perlahan. Kembali pada kondisi pra-meditasi. Tetapi keheningan yang sudah berhasil diraih dalam meditasi, harus terus dipelihara.
Tidak semua peserta meditasi berhasil dengan cepat berpijak di alam suwung, ataupun sampai ke gelombang alpha. Ada yang berbulan-bulan bahkan tak sampai-sampai ke alpha. Tetapi ada juga yang dengan segera menemukan hening. Tahap-tahap keberhasilan meditasi ini sangat bergantung pada pribadi setiap orang. Kuncinya, sekali lagi, adalah kepasrahan total kepada Sang Pencipta, dan rasa syukur yang tak pernah henti, atas sekecil apapun karunia (baik berupa anugrah maupun musibah) yang diberikan Tuhan.
Itu sebabnya, dalam persiapan menjelang meditasi, terlebih dulu Pak Harintha akan memberikan conditioning, dengan bercerita tentang nikmat-nikmat Tuhan yang diberikan kepada manusia. Tentang perlunya mengendalikan berbagai keinginan, dan mengeliminasi rasa iri dan dengki. Mengusir segala kekhawatiran dan membangkitkan optimisme.
Meditasi dalam Keseharian.
Yang ingin dicapai Meditasi Hening-nya Pak Harintha, bukan meditasinya itu sendiri. Meditasi hanyalah alat untuk melatih pengendalian diri. Bila Sang Guru menilai Anda sudah trampil bermeditasi dengan mata tertutup, pada hari-hari berikutnya beliau akan mengajak Anda bermeditasi dengan mata terbuka. Bermeditasi sambil berbincang-bincang mengenai makna kehidupan, dan tentang berbagai tugas yang kita emban sebagai manusia di atas bumi.
Tahap-tahap yang berhasil dicapai dan dirasakan dalam praktek meditasi, baik dalam kondisi mata tertutup maupun terbuka, sebaiknya dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Jika dalam keseharian kita dilanda kegelisahan, usir segera kegelisahan itu dan menggantinya dengan kepasrahan. Tetapi bukan pasrah tanpa usaha. Melainkan pasrah dalam arti berserah diri kepadaNya. Pasrah pada apapun (bencana maupun keberuntungan) yang sedang kita alami detik demi detik, sambil berusaha dan berdo’a meminta kekuatanNya.
Jika dalam keseharian kita bisa menghilangkan rasa iri dan dengki ataupun kekhawatiran dan rasa sakit hati, maka perjalanan hidup pun bisa dinikmati dengan tenang. Apalagi bila kita mampu mengendalikan berbagai keinginan alias nafsu yang mengganggu.
Ajaran Meditasi Hening-nya Pak Harintha, nyaris tidak ada bedanya dengan ajaran Tasawuf dalam Islam ataupun ajaran Teosofi di kalangan Kristiani. Pun, sejalan dengan ajaran Buddhisme. Dan, seperti meditasi pada umumnya, Meditasi Hening merupakan ritual lintas-agama. Beberapa anggota Lions Club Jakarta, yang kebetulan beragama Islam dan pernah dilatih meditasi oleh Pak Harintha, sempat mengaku, sholat mereka menjadi semakin khusyu setelah berlatih Meditasi Hening.
0 komentar:
Posting Komentar